IQNA

Apa Kata Alquran/ 21

Ajaran Alquran untuk Penyeimbangan Kekayaan dalam Masyarakat

12:44 - July 24, 2022
Berita ID: 3477076
TEHERAN (IQNA) - Isu kemiskinan merupakan salah satu isu yang merasuk dalam masyarakat manusia, sedalam sejarah dan luasnya geografi global. Konflik sosial dan perubahan hubungan ekonomi yang terus menerus sangat berpengaruh dalam memperluas dan mengurangi masalah ini. Tapi apa solusi dasar untuk menghapus wajah kemiskinan dari masyarakat?

Menurut pandangan Islam, tanpa perhatian umum dan terus-menerus dari orang-orang terhadap kondisi lingkungan mereka dan pengetahuan serta penanganan terhadap kondisi orang-orang yang tertindas, tidak akan ada harapan untuk memperbaiki kondisi orang-orang yang membutuhkan. Sebuah masalah yang belum pernah dibahas secara mendetail dalam Alquran seukuran hal tersebut, dan sebuah konsep yang disebut "infak" telah diungkapkan sebagai solusinya. Kata "infak" secara harfiah berarti mengisi lubang, dan secara istilah berarti mengisi dan menghilangkan kekurangan finansial. Infak, selain harta dan kekayaan, juga mencakup ilmu, kehormatan dan kedudukan.

Dampak Infak tidak tersembunyi dari siapa pun, di antaranya kita dapat menunjukkan penyeimbangan kekayaan dan pengurangan perbedaan kasta, penciptaan cinta, tumbuhnya semangat kedermawanan, dan di atas semuanya, semakin dekat dengan Allah swt. Ajaran ini diulang dalam banyak ayat Alquran dan masyarakat umum diajak untuk tindakan ini:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah: 274)

Ayat Alquran ini dikenal sebagai ayat infak, dan telah menjelaskan kabar gembira dari Allah bagi orang-orang yang berinfak dimana mereka melakukannya dalam segala keadaan. Orang-orang seperti itu tidak takut akan kemiskinan dan kesulitan, karena mereka percaya pada janji-janji Allah dan bertawakkal kepada-Nya, dan mereka tidak merasa sedih karena amal, karena mereka memperhatikan keridhaan Allah dan dampak akhirat dari amal.

Dalam Tafsir Noor, Ayatullah Mohsen Qaraati menyatakan bahwa ayat ini merupakan ringkasan dari empat belas ayat sebelumnya yang membahas tentang infak, dan mengatakan bahwa ini mungkin menjadi alasan mengapa "malam" ditempatkan sebelum "siang" atau "diam-diam" sebelum "terang-terangan" dimana infak secara sembunyi-sembunyi dan rahasia di keheningan malam memiliki nilai lebih. Perlu diingat poin ini bahwa perhatian Islam terhadap masalah zakat tidak berarti meminta-minta dan mengemis. Karena dalam banyak riwayat, mereka yang meminta bantuan kepada orang lain tanpa membutuhkannya telah dikecam, dan di sisi lain, jenis infak terbaik telah diperkenalkan dalam memberi alat kerja daripada memberi uang.

Pesan ayat

1- Memiliki semangat berinfak dan kemurahan hati adalah hal penting, tidak bertempo dan terbatas atas dasar belas kasihan, karena kata "Yunfiquna" menunjukkan pada kesinambungan pekerjaan.

2- Tidak ditentukan bahwa pahala ilahi adalah tanda keluasannya. فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ  yaitu "mereka mendapat pahala "

3- Janji Tuhan adalah insentif terbaik bagi manusia dalam perbuatan-perbuatan baik. " maka mereka mendapat pahala "

4- Kedamaian dan keamanan adalah salah satu berkah dari infak. وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  yaitu “Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Menurut para ahli tafsir, misdaq atau penerapan yang tepat dari ayat ini adalah sosok Ali bin Abi Thalib dan ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan tindakan beliau. (HRY)

berita-berita terkait
captcha